Edensor dan Chicken Soup mulai menyirami otak dunguku dengan pencerahan. Memang tidak seberapa, tapi alhamdulillah satu tiang kebajikan diri telah berhasil ditegakkan di atas permukaan jiwa yang kasar, gelap dan keras (sesungguhnya jiwaku sangatlah rentan).
Aku akan mencari kualitas dalam diri seseorang dan menjalin persahabatan dengan mereka. Paparan dalam Chicken Soup tersebut sangatlah jenius. Seperti mata air kata-kata itu menentramkanku, seperti kesejukkan bersepeda di malam hari seorang diri melewati Jalan Soga. Lihatlah, aku sudah mulai bangkit!!!!!
Kebangkitanku saat aku melihat kawanku, melihat buku sketsa tebalnya yang kotor tapi sangat artistik. Seni terkadang amburadul, kotor, congkak, jujur dan lugu. Itu penilaianku. Aku membingkai semangat kebocahremajaan dalam setiap goresan pensilnya, tentu remaja berbakat yang sayangnya tak terlihat. Ada berbagai macam tumpahan perasaan, cinta monyet tentu adalah menu utama. Sangatlah normal bila di dalam buku diary atau kotak rahasia seorang gadis remaja terpahat perasaan mereka yang bersemu pastel merah hati, perasaan campur aduk, ngilu, bahagia, tersipu, malu-malu, dan sok sakit hati yang terlalu dibesar-besarkan. Biarlah kita menjadi hiperbolis, kenyataannya sifat tersebut justru menyemaikan bibit-bibit pujangga amatiran yang romantis dan sensitif.
Aku mungkin telah menemukannya sebagai seseorang yang berkualitas. Tidak pintar namun cerdas. Cerdas lebih menyenangkan ketimbang pintar. Cerdas itu menjelajah dunia, sedang pintar hanyalah berpijak pada satu tanah yang sama. Cerdas itu nyentrik, sedang pintar itu kaku. Cerdas adalah candi-candi kuno yang cantik di pedalaman desa, sedang pintar hanyalah kantor berarsitektur kolot nan memeningkan kepala. Yah, dia berbakat dalam seni. Dia bercita rasa dalam berkata-kata, dalam memoleskan ujung pena, dan semangatnya untuk menjadi yang terbaik. Kuakui tanpa keakuan, aku terinspirasi olehnya!!!! Terima kasih.
Selera humor kami tak jauh berbeda, kami punya misi yang sama mungkin. Dan cara pandang kami pada sesuatu seperti lirik dalam sebuah lagu, lukisan, pakaian, film dan beberapa hal lainnya kebetulan sejalan. Aku bisa dikatakan nyambung jika berdiskusi dengannya. Harapanku adalah jangan sampai aku dan dia terpisah dalam kejamnya perfect opposite.
Semoga dia adalah tambatan hatiku, inspirasiku atau apa saja asalkan sebuah doktrin penyembuh. Memang, kami bukan Arai dan Ikal di dalam Edensor, bukan juga Frodo dan Sam dalam Lord Of The Ring. Kami hanyalah kami. Kami ingin bersahabat, mengayuh bersama roda kehidupan ini, menemukan keajaiban yang tak tersentuh mata dan pendengaran orang lain. Kami ingin menjadi seniman. Perempuan bersayap yang bisa terbang kapanpun kami mau, saling menyeka air mata, saling menyairkan tawa, saling terbuka, dan saling menawarkan kesetian tanpa batas.