Rabu, 04 Maret 2009

Puisi Kecil Buat Sex Pistols

Kau ingin merusak.......
Jalan-jalan berkerak
Pesta kecil kerumunan pekerja kasar
Bau anggur, anggur dan keringat, skin head
Inilah pemberontakan
Luka lara, borok dan impian tertindas

Kau ingin merusak
Bersama nabimu kau berteriak.....
Pipis para konglomerat.....
Tinja para tuan tanah
Dan kau dipaksa menelannya.......

Kau ingin merusak....
Kau diborgol, dipukul dan diperkosa
Kau dicampakkan
Kau ditertawakan

Kau lahir
Kau tidak diberi nama, karena kau tak dianggap ada

Tapi kau adalah anarki
Nama pemberian Tuhan yang paling halus

Senin, 16 Februari 2009

R 'n R


Ini memang bukan sebuah kebangkitan diri yang berarti bagi saya. Ini hanya sebuah hiburan yang ditujukan kepada saya ketika saya tidak bisa cocok menerima sebagian besar apa yang saya dengar, yang saya baca, yang saya lihat dan yang mereka kenakan. Rasanya manis. Rock N’ Roll. Invasi anak-anak hair metal 80an ke otak saya. Saya senang sekali layaknya anak kecil yang diberi gula-gula berwarna mencolok. Terkadang saya merasa bahwa saya adalah siswi terkeren di sekolah saya karena saya lain daripada yang lain. Mereka mungkin tidak tahu apa yang saya tahu, tapi saya juga tidak tahu apa yang mereka tahu. Mati mode!!!!!!!Mungkin saya culun di mata kumpulan anak-anak gaul, saya juga tidak terlalu berbakat di mata anak-anak multitalenta. Entahlah, hanya saja saya merasa bahwa saya adalah gadis yang beruntung.
Teman saya yang saya juluki ‘Slash’ adalah anak bertangan ajaib. Itu harus diakui karena jemarinya seperti memperagakan tari golek Sulung Dayung jika sedang memetik gitar. Slash masih sebaya dengan saya, tapi bakatnya sudah tak tertahankan. Saya suka bercakap-cakap dengan orang-orang sebaya saya yang telah saya kenal, dan di dalam percakapan saya berusaha sebisa mungkin agar tidak terlihat bodoh di mata lawan bicara saya. Ya, tidak perlu terlalu panjang, dari Slash saya punya keinginan kuat utnuk mengetahui banyak tentang Rock n’ Roll masa lalu. Saya memulainya di rumah dengan MP3 bajakan The Rolling Stones yang saya beli hanya dengan harga 6000 rupiah saja. The Rolling Stones memenuhi persyaratan saya lewat tembang Angie. Jujur, saya suka sekali lagu cinta(mungkin ini yang membuat saya terlalu Telenovela). Seiring waktu berjalan, referensi saya mengenai The Rolling Stones bertambah

aku

Edensor dan Chicken Soup mulai menyirami otak dunguku dengan pencerahan. Memang tidak seberapa, tapi alhamdulillah satu tiang kebajikan diri telah berhasil ditegakkan di atas permukaan jiwa yang kasar, gelap dan keras (sesungguhnya jiwaku sangatlah rentan).
Aku akan mencari kualitas dalam diri seseorang dan menjalin persahabatan dengan mereka. Paparan dalam Chicken Soup tersebut sangatlah jenius. Seperti mata air kata-kata itu menentramkanku, seperti kesejukkan bersepeda di malam hari seorang diri melewati Jalan Soga. Lihatlah, aku sudah mulai bangkit!!!!!
Kebangkitanku saat aku melihat kawanku, melihat buku sketsa tebalnya yang kotor tapi sangat artistik. Seni terkadang amburadul, kotor, congkak, jujur dan lugu. Itu penilaianku. Aku membingkai semangat kebocahremajaan dalam setiap goresan pensilnya, tentu remaja berbakat yang sayangnya tak terlihat. Ada berbagai macam tumpahan perasaan, cinta monyet tentu adalah menu utama. Sangatlah normal bila di dalam buku diary atau kotak rahasia seorang gadis remaja terpahat perasaan mereka yang bersemu pastel merah hati, perasaan campur aduk, ngilu, bahagia, tersipu, malu-malu, dan sok sakit hati yang terlalu dibesar-besarkan. Biarlah kita menjadi hiperbolis, kenyataannya sifat tersebut justru menyemaikan bibit-bibit pujangga amatiran yang romantis dan sensitif.
Aku mungkin telah menemukannya sebagai seseorang yang berkualitas. Tidak pintar namun cerdas. Cerdas lebih menyenangkan ketimbang pintar. Cerdas itu menjelajah dunia, sedang pintar hanyalah berpijak pada satu tanah yang sama. Cerdas itu nyentrik, sedang pintar itu kaku. Cerdas adalah candi-candi kuno yang cantik di pedalaman desa, sedang pintar hanyalah kantor berarsitektur kolot nan memeningkan kepala. Yah, dia berbakat dalam seni. Dia bercita rasa dalam berkata-kata, dalam memoleskan ujung pena, dan semangatnya untuk menjadi yang terbaik. Kuakui tanpa keakuan, aku terinspirasi olehnya!!!! Terima kasih.
Selera humor kami tak jauh berbeda, kami punya misi yang sama mungkin. Dan cara pandang kami pada sesuatu seperti lirik dalam sebuah lagu, lukisan, pakaian, film dan beberapa hal lainnya kebetulan sejalan. Aku bisa dikatakan nyambung jika berdiskusi dengannya. Harapanku adalah jangan sampai aku dan dia terpisah dalam kejamnya perfect opposite.
Semoga dia adalah tambatan hatiku, inspirasiku atau apa saja asalkan sebuah doktrin penyembuh. Memang, kami bukan Arai dan Ikal di dalam Edensor, bukan juga Frodo dan Sam dalam Lord Of The Ring. Kami hanyalah kami. Kami ingin bersahabat, mengayuh bersama roda kehidupan ini, menemukan keajaiban yang tak tersentuh mata dan pendengaran orang lain. Kami ingin menjadi seniman. Perempuan bersayap yang bisa terbang kapanpun kami mau, saling menyeka air mata, saling menyairkan tawa, saling terbuka, dan saling menawarkan kesetian tanpa batas.

EARLY

Aku bersyukur benar siang ini, Tuhan hadir tanpa kusangka, membisikkan kalimat-kalimat suci-Nya dalam sebuah kelegaan yang bening. Aku sadar penuh, mulai berbenah dari posisiku yang lalu-lalu. Dulu tengkurap kini berbaring, dulu menunduk kini menegadah lepas. Barangkali ini yang dinamakan pencerahan, pembasmian kerak-kerak membandel, seperti mandi merontokkan daki. Hmmmmm……nikmat, inilah kepercayaan diri. Melangkah dengan tegap, memandang tanpa rabun, berpikir dengan licin. Akulah manusia baru!!!!
Aku lebih nyaman menjadi diriku yang saat ini, lebih pendiam, tidak terlalu vokal, diam-diam mengamati, diam-diam memperhatikan seperti intaian penculik handal, dan satu lagi, diam-diam memvonis. Aku adalah demokrasi yang ada di dalam jiwaku. Kritik bersahut-sahutan ketika kulirik para fashionista. Cukup menyenangkan menjadi orang yang tidak terlalu populer……………Tidak terlalu gentle memang.



Yogyakarta, 9 Desember 2008